Home »
Unik n Kreatif
» Penemuan Tulang Naga di Bangka
Penemuan Tulang Naga di Bangka
Posted by Unknown
Posted on 12.30
with No comments
Sejarah naga pastilah semua orang tau akan hal itu, tapi apakah anda percaya kalau naga dahulu pernah ada? atau hanya hewan khayalan saja? sampai saat ini belum ada orang yang bisa membuktikannya. tetapi kehebohan terjadi di Bangka, masyarakat daerah Toboali menemukan temuan yang diperkirakan adalah tulang dari hewan khayalan itu, naga sebenarnya pernah ada?
Penemuan tulang rangka yang di issukan sebagai tulang Naga berkaki enam membuat heboh masyarakat Toboali Provinsi Bangka Belitung. Konon katanya panjangnya mencapai ratusan meter. Temuan tulang belulang ini menarik perhatian warga sekitar Toboali.
Belum bisa dipastikan apakah tulang belulang itu adalah tulang seekor naga, namun sebagian orang yang telah melihat menduga itu bukan tulang naga, tetapi ikan paus. Tulang belulang itu ditemukan kedalaman sekitar tiga meter di depan muara sungai Nyire.
Sementara ini tulang belulang itu disimpan di rumah salah seorang penemunya di Desa Limus, sekitar 15 kilometer arah utara Toboali melewati daerah transmigrasi. Bersumber dari Kaskus, salah satu komunitas online di Indonesia, kerangka tersebut ditemukan pada hari kelima bulan puasa lalu.
Saat ditemukan terlihat ada semacam pukat yang tersangkut sesuatu yang tersembul di atas permukaan air. Nah, setelah didekati dan ditusuk-tusuk dengan ujung dayung ternyata itu adalan kerangka tulang yang posisinya melengkung seperti bulan sabit.
Seterusnya kerangka tersebut diambil dengan angkutan perahu. Untuk kerangka bagian kepala diperlukan tenaga 15 orang untuk mengangkatnya.
Selain adanya pukat, sesuatu yang menonjol lainnya adalah bulu-bulu dan tanduk pada kepala kerangkan tersebut. Bulu-bulu tersebut seperti layaknya rumbai bulu pada kepala seekor kuda.
Lingkar badan mahluk tersebut berkisar sekitar 2 meter dengan panjang badan sekitar 15 meter. Dilihat dari bentuk kerangka kepala mengarah kepada bentuk seeokor ikan paus. Hanya pada tulang ekor yang masih terdapat sisa daging yang menempel, pada bagian tulang yang lain bersih dan berwarna putih kusam.
Cerita Rakyat Tentang Naga
ISTILAH naga merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta atau India kuna yang bermakna "ular". Dalam naskah Mahabharata dikisahkan, para Naga merupakan anak-anak Resi Kasyapa dari perkawinannya dengan Dewi Kadru. Nama-nama mereka yang terkenal antara lain Sesa, Taksaka, Basuki, Karkotaka, Korawya, dan Dritarastra.
Dalam tradisi Cina juga terdapat makhluk bernama Liong atau Lung yang umumnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan istilah naga. Makhluk ini digambarkan sebagai ular berukuran raksasa, lengkap dengan tanduk, sungut, dan cakar, sehingga berbeda dengan naga versi India. Sebagian ilmuwan berpendapat, naga Cina merupakan makhluk khayal yang diciptakan oleh masyarakat zaman dahulu akibat penemuan fosil dinosaurus. Makhluk ini juga dikenal dalam kebudayaan Jepang dengan istilah Ryu.
Di Indonesia sendiri pernah heboh dengan ditemukannya sepasang ular raksasa mirip dengan Naga yang melintas di sungai Mahakam di Kutai Barat berukuran sebesar drum atau berdiameter sekitar 60 sentimeter dengan panjang sekitar 40 meter. Ular raksasa itu terlihat meliuk di permukaan air di Riam Haloq, Kampung Long Tuyoq, Kecamatan Long Pahangai, pada saat melintas naga tersebut berhasil di abadikan lewat kamera ponsel milik motoris longboat karena menganggap itu sebuah momen langka.
Naga dalam budaya Kalimantan, kususnya suku Dayak dan suku Banjar dianggap sebagai simbol alam bawah. Naga digambarkan hidup di dalam air atau tanah dan disebut sebagai Naga Lipat Bumi. Naga merupakan perwujudan dari Tambun yaitu makhluk yang hidup dalam air.
Dalam budaya Banjar, alam bawah merupakan milik Puteri Junjung Buih sedangkan alam atas milik Pangeran Suryanata. Setelah berkembangnya agama Islam, maka oleh suku Banjar alam atas dianggap dikuasai oleh Nabi Daud, sedangkan alam bawah dikuasai oleh Nabi Khidir.
Dalam arsitektur rumah Banjar, makhluk Naga dan burung Enggang diwujudkan dalam bentuk ukiran, tetapi sebagai budaya yang tumbuh di bawah pengaruh agama Islam yang tidak memperkenankan membuat ukiran makhluk bernyawa, maka bentuk-bentuk makhluk bernyawa tersebut disamarkan atau didistilir dalam bentuk ukiran tumbuhan.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar