Labels

100 Tokoh Dunia (97) Alam (28) Alien (9) Artikel (266) Binatang (18) Catatanku (17) Do"a (7) Download (6) FACEBOOK (8) Fakta (20) Film (23) Foto (91) GaMe (3) Handphone (6) Imsakiyah (17) Indonesiaku (3) Internet (11) Islam (174) Kata2 (5) Kenapa? (9) Kesehatan (24) Kisah (35) Kisah 25 Nabi (22) Komputer (12) Lelucon (33) Minangkabau (21) Misteri (73) Musik (9) Nusantara (1) Olah Raga (17) Pendidikan (2) Photoshop (86) Puisi (14) Renungan (37) Sejarah (109) Teknologi (13) Tips n Trik (16) Tokoh (165) Tour De Singkarak 2011 (7) Tour De Singkarak 2013 (1) TV (7) Unik n Kreatif (286) Video (7) Widget (1)

Sholat Jumat Pertama digelar

 
Allah SWT telah berfirman dalam surat Al Jumuah ayat 9:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetaahui.”

Tak berselang lama setelah perintah tersebut turun, Rasulullah SAW pun mengajak umatnya untuk mengerjakan salat Jumat.
Lantas kapan dan dimana momentum itu terjadi?

Sejarah kota Madinah mencatat, ketika Rasul SAW memutuskan untuk berhijrah dari Makkah ke Madinah, beliau sempat membangun masjid.
Masjid pertama yang dibangun adalah Masjid Quba, yang terletak di kampung Quba, berjarak sekira empat kilometer di sebelah selatan Masjid Nabawi.

Setelah mendirikan masjid ini, Rasul bersama dengan sahabat Abu Bakar as-Siddiq melanjutkan perjalanan menuju Madinah.
Namun, sebelum sampai di tempat tujuan, beliau singgah di kampung Bani Sulaim.

Bertepatan dengan Jumat, dan waktunya sudah menjelang salat zuhur, Rasul lantas mengajak para sahabat dan kaum muslimin yang ada pada saat itu, untuk mendirikan salat Jumat.

Salat Jumat tersebut dilaksanakan Rasul SAW di sebuah lembah yang terletak di Kampung Bani Sulaim.
Letaknya berdekatan dengan Masjid Quba.
Menurut Junaidi Halim dalam bukunya Makkah-Madinah dan Sekitarnya, nama lembah tersebut adalah Wadi Ranuna.
Sebagai peringatan atas pelaksanaan salat Jumat itu didirikanlah sebuah masjid di lokasi yang kemudian diberi nama Masjid Jumat.

Menurut Hanafi al-Mahlawi dalam Al-Amakin al-Masyhurah fi Hayati Muhammad SAW, salat Jumat yang dilaksanakan di lokasi tersebut merupakan salat yang pertama kali.
Sebab, sebelumnya beliau kesulitan melaksanakan salat Jumat karena kuatnya tekanan dan penindasan yang dilakukan kafir Quraisy terhadap kaum Muslim.

Informasi di atas dibenarkan Ketua Lembaga Takmir Masjid PBNU KH Abdul Ghoni saat berbincang dengan okezone di Jakarta.
Menurut dia, perintah ibadah salat Jumat tidak turun bersamaan dengan perintah salat lima waktu dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.

Kewajiban tersebut baru turun setelah ada firman Allah dalam surat Al Jumuah ayat 9.
“Dan di Masjid Jumat-lah, ibadah salat Jumat pertama kali dilaksanakan,” ujar pria yang sudah sering berkunjung ke Madinah itu.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa lokasi pelaksanaan salat Jumat waktu itu terletak di sisi kanan jalan dari Quba menuju Madinah. Ada pun jumlah kaum Muslim yang mendirikan salat Jumat ketika itu mencapai seratus orang. Menurut HM Iwan Gayo dalam Buku Pintar Haji dan Umrah, Masjid Jumat berukuran 7 x 5,5 meter persegi.

Kini Masjid Jumat menjadi salah satu tempat yang kerap dikunjungi jamaah haji dari berbagai negara. Akan tetapi, jamaah haji yang berkunjung ke sana hanya bisa berdoa di luar pintu, karena masjid tersebut hanya dibuka pada waktu-waktu salat saja.

Perlu diketahui, kewajiban melaksanakan salat Jumat juga ditegaskan oleh Rasulullah SAW sebagaimana sabda beliau: “Salat Jumat itu wajib bagi tiap-tiap muslim, dilaksanakan secara berjamaah, kecuali empat golongan yaitu budak, wanita, anak kecil, dan orang yang sedang menderita sakit.” (HR. Abu Daud dan Al-Hakim, hadits shahih)

Selanjutnya dalam hadits yang diriwayatkan Abul Ja’ad adh-Dhumasry RA. Rasulullah SAW bersabda,”Barangsiapa meninggalkan tiga kali salat Jumat karena menganggap enteng (malas) tanpa alasan yang bisa diterima, niscaya Allah SWT akan menutup hatinya.”



Ibnu Az-Zubair radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

صلاة في مسجدي هذا، أفضل من ألف صلاة فيما سواه من المساجد، إلا المسجد الحرام، و صلاة في المسجد الحرام، أفضل من صلاة في مسجدي هذا بمائة صلاة

Shalat di masjidku ini adalah lebih afdhal daripada seribu shalat di masjid lainny, kecuali masjidil haram. Dan shalat di masjidil haram adalah lebih afdhal daripada shalat di masjidku ini dengan seratus kali.

artinya shalat di Masjidil Haram 100.000 kali pahalanya dibandingkan masjid biasa.

Asal Usul Sejarah Masjid Secara Umum



Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim.
Masjid artinya tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran.


Asal Usul Sejarah Masjid Secara Umum
Masjid berarti tempat beribadah.
Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk.
Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Aram.
Kata masgid (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi.
Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan".

Kata masjid dalam bahasa Inggris disebut mosque.
Kata mosque ini berasal dari kata mezquita dalam bahasa Spanyol.
Sebelum itu, masjid juga disebut "Moseak", "muskey" , "moscey" , dan "mos'key".
Diduga kata-kata ini mengandung nada yang melecehkan.
Contohnya pada kata mezquita yang diduga berasal dari kata mosquito.
Tapi, kata mosque kemudian menjadi populer dan dipakai dalam bahasa Inggris secara luas.

Menara-menara, serta kubah masjid yang besar, seakan menjadi saksi betapa jayanya Islam pada kurun abad pertengahan.
Masjid telah melalui serangkaian tahun-tahun terpanjang di sejarah hingga sekarang.
Mulai dari Perang Salib sampai Perang Teluk.
Selama lebih dari 1000 tahun pula, arsitektur Masjid perlahan-lahan mulai menyesuaikan bangunan masjid dengan arsitektur modern.

Untuk melihat keindahan - keindahan Masjid , dibawah sendiri.

MASJID PERTAMA
Jauh sebelum Islam berkembang menjadi agama besar pada zaman Nabi Muhammad SAW, telah lahir para nabi dan rasul yang mendahuluinya.

Pada periode ini pula telah dibangun sebuah masjid pertama kali di dunia.
Yaitu Masjidilharam pada zaman Nabi Ibrahim alaihi salam (As).
Namun masjid pada masa itu tidak seperti bangunan sekarang yang lengkap dengan menara dan bangunan megah lengkap dengan tiang-tiang besar.

Masjid pada waktu itu hanya berupa tempat lapang dengan batas-batas tertentu yang digunakan untuk beribadah dan bermunajat kepada Allah.

Dalam sebuah hadits disebutkan
“Dari Abu Dzar radhiallahu anhu, ia berkata:
Saya bertanya kepada Rasulullah SAW tentang masjid yang pertama kali dibangun?
Maka Rasulullah SAW menjawab:

“Masjid Al Haram”

Kemudian aku bertanya lagi: Kemudian masjid apa lagi?

Rasulullah SAW menjawab:
“Masjid Al Aqsha”

Aku bertanya kepada Rasulullah SAW: Berapa jarak antara keduanya?

Rasulullah SAW menjawab:
“Empat puluh tahun.” (HR. Bukhori 6/290-291; Muslim No. 520)

Sebagian orang berpendapat bahwa yang membangun Masjid Al Aqsha adalah Nabi Sulaiman bin Dawud.
Namun pendapat ini perlu dipertanyakan karena jarak masa hidup antara Nabi Sulaiman dengan Nabi Ibrahim lebih dari 1.000 tahun.

Berdasarkan perhitungan dari hadits di atas, kuat dugaan Nabi Sulaiman bukanlah orang yang mendirikan Masjid Al Aqsha, dia hanya memperbaikinya saja.
Sedangkan nabi yang mendirikan Masjid Al Aqsha adalah Nabi Ya'qub bin Ishaq, setelah Nabi Ibrahim mendirikan Kakbah.

Ketua Lembaga Takmir Masjid PBNU Ustadz Mukhlas Syarkun membenarkan Masjid Al Aqsa merupakan salah satu masjid pertama di dunia.

Menurut dia, di tempat ini para nabi-nabi sebelum Muhammad SAW telah menorehkan beragam kisah.
Di antaranya adalah tempat di mana Nabi Zakariya bermunajat memohon diberi putra walaupun sudah usia tua.
Allah SWT pun kemudian mengabulkan doanya dengan memberi putra bernama Yahya.
Masjid Al Aqsa juga merupakan tempat iktikaf (berdiam diri di dalam masjid) Siti Maryam, ibu Nabi Isa As.

Pria asal Lamongan itu menjelaskan, Allah swt telah memberikan keutamaan bagi hambanya yang beribadah di Masjidilharam.
Yaitu dilipatgandakan pahalanya hingga 1.000 kali.
“Dalam hadits disebutkan barang siapa salat di Masjidilharam, maka pahalanya dilipatgandakan 1.000 kali,” ujarnya.

Dua masjid ini menjadi saksi bisu perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Di mana kemudian Rasulullah SAW bermi’raj menghadap Allah Swt untuk menerima perintah salat.

Masjid Al Aqsha kemudian dijadikan kiblat salat pertama sebelum kemudian dialihkan ke Kakbah di Makkah berdasarkan perintah Allah pada surat Al-Baqarah ayat 144.

“Sesungguhnya Kami lihat muka engkau menengadah-nengadah ke langit, maka Kami palingkan lah engkau kepada kiblat yang engkau ingini.
Sebab itu palingkanlah muka engkau ke pihak Masjidil Haram.
Dan di mana saja kamu semua berada palingkanlah mukamu ke pihaknya.
Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab mengetahui bahwasanya itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka.
Dan tidaklah Allah lengah dari apapun yang kamu amalkan.”

Masjid Al-Aqsa atau disebut juga Bait Al-Muqaddas (Al-Quds) terletak di Kota Yerusalem Timur atau dikenal dengan nama wilayah Al-Haram Asy-Syarif bagi umat Islam atau Har Ha-Bayit (Bukit Bait Allah atau Temple Mount/Kuil Bukit) bagi umat Yahudi dan Nasrani.
Sementara Masjidilharam terletak di Makkah, Saudi Arabia.


Penyebaran Masjid
Masjid kemudian dibangun di daerah luar Semenanjung Arab, seiring dengan kaum Muslim yang bermukim di luar Jazirah Arab.
Mesir menjadi daerah pertama yang dikuasai oleh kaum Muslim Arab pada tahun 640.
Sejak saat itu, Ibukota Mesir, Kairo dipenuhi dengan masjid.
Maka dari itu, Kairo dijuluki sebagai kota seribu menara.
Beberapa masjid di Kairo berfungsi sebagai sekolah Islam atau madrasah bahkan sebagai rumah sakit.

Masjid di Sisilia dan Spanyol tidak menirukan desain arsitektur Visigoth, tetapi menirukan arsitektur bangsa Moor.
Para ilmuwan kemudian memperkirakan bahwa bentuk bangunan pra-Islam kemudian diubah menjadi bentuk arsitektur Islam ala Andalus dan Magribi, seperti contoh lengkung tapal kuda di pintu-pintu masjid

Masjid pertama di Cina berdiri pada abad ke 8 Masehi di Xi'an.
Masjid Raya Xi'an, yang terakhir kali di rekonstruksi pada abad ke 18 Masehi, mengikuti arsitektur Cina.
Masjid di bagian barat Cina seperti di daerah Xinjiang, mengikuti arsitektur Arab, dimana di masjid terdapat kubah dan menara.
Sedangkan, di timur Cina, seperti di daerah Beijing, mengandung arsitektur Cina.

Masjid mulai masuk di daerah India pada abad ke 16 semasa kerajaan Mugal berkuasa.
Masjid di India mempunyai karakteristik arsitektur masjid yang lain, seperti kubah yang berbentuk seperti bawang.
Kubah jenis ini dapat dilihat di Masjid Jama, Delhi.

Masjid pertama kali didirikan di Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke 11 Masehi, dimana pada saat itu orang-orang Turki mulai masuk agama Islam.
Beberapa masjid awal di Turki adalah Aya Sofya, dimana pada zaman Bizantium, bangunan Aya Sofya merupakan sebuah katedral.
Kesultanan Utsmaniyah memiliki karakteristik arsitektur masjid yang unik, terdiri dari kubah yang besar, menara dan bagian luar gedung yang lapang.
Masjid di Kesultanan Usmaniyah biasanya mengkolaborasikan tiang-tiang yang tinggi, jalur-jalur kecil di antara shaf-shaf, dan langit-langit yang tinggi, juga dengan menggabungkan mihrab dalam satu masjid.
Sampai saat ini, Turki merupakan rumah dari masjid yang berciri khas arsitektur Utsmaniyah.

Secara bertahap, masjid masuk ke beberapa bagian di Eropa.
Perkembangan jumlah masjid secara pesat mulai terlihat seabad yang lalu, ketika banyak imigran Muslim yang masuk ke Eropa.
Kota-kota besar di Eropa, seperti Munich, London dan Paris memilki masjid yang besar dengan kubah dan menara.
Masjid ini biasanya terletak di daerah urban sebagai pusat komunitas dan kegiatan sosial untuk para muslim di daerah tersebut.
Walaupun begitu, seseorang dapat menemukan sebuah masjid di Eropa apabila di sekitar daerah tersebut ditinggali oleh kaum Muslim dalam jumlah yang cukup banyak.

Masjid pertama kali muncul di Amerika Serikat pada awal abad ke 20.
Masjid yang pertama didirikan di Amerika Serikat adalah di daerah Cedar Rapids, Iowa yang dibangun pada kurun akhir 1920an.
Bagaimanapun, semakin banyak imigran Muslim yang datang ke Amerika Serikat, terutama dari Asia Selatan, jumlah masjid di Amerika Serikat bertambah secara drastis.
Dimana jumlah masjid pada waktu 1950 sekitar 2% dari jumlah masjid di Amerika Serikat, pada tahun 1980, 50% jumlah masjid di Amerika Serikat didirikan.

DiIndonesia, Masjid Pertama ternyata masih menjadi perdebatan, ada yang bilang Masjid Baiturahman di Aceh adalah Masjid Pertama di Indonesia, dan dari banyak Situs yang ada, Masjid Pertama di Indonesia ternyata yang memberi nama adalah orang Tionghoa!, yaitu Laksamana Cheng Hoo, dengan Masjid Muhamad Cheng Hoo,,

HIDAYAH UNTUK NAPOLEON


Napoleon Bonaparte adalah Seorang Muslim Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769.

Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart. Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman.

Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu. Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai.

Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya di hadapan dunia Internasional. Namanya berubah menjadi ‘Aly (Ali) Napoleon Bonaparte’.

Apa yang membuat Napoleon ini lebih memilih Islam daripada agama lamanya, Kristen ? Berikut penuturannya sendiri yang pernah dimuat di majalah Genuine Islam, edisi Oktober 1936 terbitan Singapura. “I read the Bible; Moses was an able man, the Jews are villains, cowardly and cruel. Is there anything more horrible than the story of Lot and his daughters?” “The science which proves to us that the earth is not the centre of the celestial movements has struck a great blow at religion. Joshua stops the sun! One shall see the stars falling into the sea… I say that of all the suns and planets,…”

“Saya membaca Bible; Musa adalah orang yang cakap, sedang orang Yahudi adalah bangsat, pengecut dan jahat. Adakah sesuatu yang lebih dahsyat daripada kisah Luth beserta kedua puterinya?” (Lihat Kejadian 19:30-38) “Sains telah menunjukkan bukti kepada kita, bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, dan ini merupakan pukulan hebat terhadap agama Kristen. Yosua menghentikan matahari (Yosua 10: 12-13). Orang akan melihat bintang-bintang berjatuhan kedalam laut…. saya katakan, semua matahari dan planet- planet ….”

Selanjutnya Napoleon Bonaparte berkata : “Religions are always based on miracles, on such things than nobody listens to like Trinity. Yesus called himself the son of God and he was a descendant of David. I prefer the religion of Muhammad. It has less ridiculous things than ours; the turks also call us idolaters.” “Agama-agama itu selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, seperti halnya Trinitas yang sulit dipahami. Yesus memanggil dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud.

Saya lebih meyakini agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan ritual seperti yang terdapat di dalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga menyebut kita sebagai orang- orang penyembah berhala dan dewa.” Selanjutnya : “Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.”

“Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda di setiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.” Akhirnya ia berkata : “In the name of God the Merciful, the Compassionate. There is no god but God, He has no son and He reigns without a partner.” “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada Tuhan selain Allah. Ia tidak beranak dan Ia mengatur segala makhlukNya tanpa pendamping.” Napoleon Bonaparte mengagumi Al-Quran setelah membandingkan dengan kitab sucinya terdahulu, Alkitab. Akhirnya ia menemukan keunggulan-keunggulan Al-Quran, juga semua cerita yang melatar belakanginya.

Dalam buku yang berjudul ‘Bonaparte et I’Islarn oleh Cherlifs, Paris, halaman 105’, Napoleon Bonaparte berkata sebagai berikut: “I hope the time is not far off when I shall be able to unite all the wise and educated men of all the countries and establish a uniform regime based on the prinsiples of the Qur’an wich alone can lead men to happiness.”

“Saya meramalkan bahwa tidak lama lagi akan dapat dipersatukan semua manusia yang berakal dan berpendidikan tinggi untuk memajukan satu kesatuan kekuasaan yang berdasarkan prinsip–prinsip ajaran Islam, karena hanyalah Qur’an itu satu-satunya kebenaran yang mampu memimpin manusia kepada kebahagiaan.”

Beberapa sumber lain yang menyatakan ke-Islaman beliau:
- Buku ‘Satanic Voices – Ancient and Modern’ dengan penulis David M. Pidcock (1992 ISBN: 1-81012-03-1), pada hal. 61.
- Surat kabar Perancis ‘Le Moniteur’, yang menulis bahwa beliau masuk Islam pada tahun 1798.
- Buku ‘Napoleon And Islam’ dengan penulis C. Cherfils (ISBN: 967-61-0898-7).

Islam hadir tidak hanya mayoritas di suatu negara tapi juga sebagai minoritas khususnya di benua Eropa dan Amerika. Napoleon Bonaparte adalah salah satu contoh dari pribadi muslim yang sukses sebagai minoritas di Perancis.

Meskipun pada akhirnya Napoleon dimakamkan secara Kristen di Perancis pada tgl 15 Desember 1840 di gereja Paris, namun sepertinya hal tersebut sebagai sesuatu untuk mengaburkan fakta bahwa beliau adalah seorang Muslim.

Sama halnya di Indonesia, Pattimura yang seorang muslim bahkan cicitnya menyatakan mereka adalah muslim, lalu tiba-tiba menjadi Thomas Mattulesi Pattimura. Terlepas dari semua hal tersebut, kiranya kita mesti merenungkan ucapan beliau tidak lama setelah mempelajari isi Al- Quran dan sebelum masuk Islam; yang pertama menguntungkan kaum muslimin dan yang kedua membahayakan mereka.

Ucapan yang keluar dari mulut politikus besar ini dan menguntungkan kaum muslimin adalah, “Aku telah
belajar dari buku ini, dan aku merasa bahwa apabila kaum muslimin mengamalkan aturan- aturan komprehensif buku ini, maka niscaya mereka tidak akan pernah terhinakan.”

Adapun kata-kata yang membahayakan kaum muslimin adalah, “Selama Al-Quran ini berkuasa di tengah-tengah kaum muslimin, dan mereka hidup di bawah naungan ajaran- ajarannya yang sangat istimewa, maka kaum muslimin tidak akan tunduk kepada kita, kecuali bila kita pisahkan antara mereka dengan Al-Quran.” Wallahu a’lam.