Labels

100 Tokoh Dunia (97) Alam (28) Alien (9) Artikel (266) Binatang (18) Catatanku (17) Do"a (7) Download (6) FACEBOOK (8) Fakta (20) Film (23) Foto (91) GaMe (3) Handphone (6) Imsakiyah (17) Indonesiaku (3) Internet (11) Islam (174) Kata2 (5) Kenapa? (9) Kesehatan (24) Kisah (35) Kisah 25 Nabi (22) Komputer (12) Lelucon (33) Minangkabau (21) Misteri (73) Musik (9) Nusantara (1) Olah Raga (17) Pendidikan (2) Photoshop (86) Puisi (14) Renungan (37) Sejarah (109) Teknologi (13) Tips n Trik (16) Tokoh (165) Tour De Singkarak 2011 (7) Tour De Singkarak 2013 (1) TV (7) Unik n Kreatif (286) Video (7) Widget (1)
Home » , » Satelit Pertama Indonesia

Satelit Pertama Indonesia



LAPAN-TUBSAT adalah sebuah satelit mikro yang dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bekerja sama dengan Universitas Teknik Berlin (Technische Universität Berlin; TU Berlin). Wahana ini dirancang berdasarkan satelit lain bernama DLR-TUBSAT, namun juga menyertakan sensor bintang yang baru.

Satelit LAPAN-TUBSAT yang berbentuk kotak dengan berat 57 kilogram dan dimensi 45 x 45 x 27 sentimeter ini akan digunakan untuk melakukan pemantauan langsung situasi di Bumi seperti kebakaran hutan, gunung berapi, banjir, menyimpan dan meneruskan pesan komunikasi di wilayah Indonesia, serta untuk misi komunikasi bergerak.

LAPAN-TUBSAT membawa sebuah kamera beresolusi tinggi dengan daya pisah 5 meter dan lebar sapuan 3,5 kilometer di permukaan Bumi pada ketinggian orbit 630 kilometer serta sebuah kamera resolusi rendah berdaya pisah 200 meter dan lebar sapuan 81 kilometer.

Manuver attitude ini dilakukan dengan menggunakan attitude control system yang terdiri atas 3 reaction wheel, 3 gyro, 2 sun sensor, 3 magnetic coil dan sebuah star sensor untuk navigasi satelit. Komponen-komponen inilah yang membedakannya dengan satelit mikro lain yang hanya mengandalkan sistem stabilisasi semi pasif gradien gravitasi dan magneto torquer, sehingga sensornya hanya mengarah vertikal ke bawah.

Sebagai satelit pengamatan, satelit ini dapat digunakan untuk melakukan pemantauan langsung kebakaran hutan, gunung meletus, tanah longsor dan kecelakaan kapal maupun pesawat. Tapi pengamatan banjir akan sulit dilakukan karena kamera tidak bisa menembus awan tebal yang biasanya menyertai kejadian banjir.

Fasilitas store dan forwardnya dapat digunakan untuk misi komunikasi dari daerah rural yang cukup banyak di Indonesia, selain untuk misi komunikasi data bergerak.

Karena catu dayanya terbatas (5 buah baterai NiH2 berkapasitas 12 Ah), satelit dilengkapi mode operasi hibernasi. Saat mode itu diaktifkan, hanya komponen data handling, unit telecommand dan telemetri yang tetap beroperasi untuk memastikan perintah tetap dapat diterima dari stasiun bumi.

Proyek satelit mikro ini disetujui pada tahun 2003 dan awalnya direncanakan akan diluncurkan pada Oktober 2005, namun peluncurannya ditunda akibat muatan utama roket Carthosat-2 yang akan membawa LAPAN-TUBSAT — LAPAN-TUBSAT adalah salah satu dari empat muatan roket tersebut — masih belum selesai disempurnakan. LAPAN-TUBSAT akhirnya berhasil diluncurkan pada 10 Januari 2007 dari Pusat Antariksa Satish Dhawan di India dengan menumpang roket India PSLV 7. Lapan-Tubsat memiliki kemampuan penginderaan jarak jauh dengan kamera Sony yang telah dimodifikasi. Lebih detail dari desain satelit LAPAN-TUBSAT dapat dilihat pada gambar di bawah


Quote:Spesifikasi LAPAN-TUBSAT tergolong sederhana namun tangguh,
Power System:
- 4 solar panels, 432x243mm, 35 cells in series, max. 14 W
- 5 NiH2 batteries, 14V nominal voltage, 12 Ah
Communication dan Data Handling:
- 2 TTCs, UHF, 1200 bps, 3.5W RF
- S-Band payload communication 2,220Ghz
- 524 kB external and 4 kB internal RAM, 524 kB EEPROM, 16 kB ROM
- 38.4kbps SCI interfaces
Attitude Control System:
- 3 wheel/gyro pairs (RW 203 wheels + WDE, fiber optical gyros)
- Star Sensor
Payload:
- 3-CCD color video camera with ~6m** ground resolution
- CCD color video camera with ~200m ground resolution

Video camera

Video camera di dalam satelite

Dari beberapa gambar hasil tangkapan LAPAN-TUBSAT yang saya amati, terlihat gambarnya lumayan detail meski agak lebih kabur dibanding foto tangkapan satelit Amerika yang berbiaya jutaan dollar. Terlihat foto reklamasi pantai Singapore yang dijepret oleh satelit LAPAN-TUBSAT dan satelit Amerika (diambil dari Google Map).

Seharusnya kita sangat bangga dengan karya anak bangsa, dalam hal ini LAPAN, yang dapat mengimbangi teknologi negara adi-daya dalam hal penginderaan jarak-jauh. Dengan biaya yang minimum dan teknologi yang cukup sederhana, satelit LAPAN-TUBSAT seharusnya menjadi kebanggaan rakyat Indonesia, sama seperti pertama sekali bangsa Indonesia mengorbitkan satelit Palapa

0 komentar: