Keberadaan Nabi Muhammad SAW. sebagai seorang guru sekaligus materi pendidikannya yang merupakan tugas kerasulan beliau sudah dirancang dan persiapkan oleh Allah SWT.
Seperti Firman Allah dalam Q.S. al-Jumu’ah :2
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“ Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”( QS. Al-Jumu’ah :2)Senada dengan ayat di atas adalah firman Allah SWT. dalam Q.S. Ali Imran ayat 164 :
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِين
“ Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”(QS. Ali Imran :164).
Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW. diutus oleh Allah SWT. kepada umatnya untuk menanamkan ilmu sekaligus mensucikan jiwa mereka. Mensucikan berarti membersihkan dari sifat-sifat buruk yang merupakan kebiasaan sebagian besar masyarakat Makkah pada masa itu, seperti syirik, dengki, takabur serta prilaku buruk lainnya seperti mabuk-mabukan, merampas hak orang lain dan lain-lain. Nabi Muhammad SAW membongkar pola pikir masyarakat penyembah berhala hingga mereka menyadari akan kewajiban-kewajibannya menyembah Allah SWT sebagai pencipta, pengatur, pemelihara umat manusia. Pensucian jiwa dan penyadaran sikap bertauhid dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. dengan pengajaran dan pendidikan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi masyarakat pada waktu itu.
Kedudukan Nabi Muhammad SAW. sebagai seorang pendidik (guru), beliau nyakatan sendiri dengan sabdanya :
إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا وَلَا مُتَعَنِّتًا وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا
“ Sesungguhnya Allah tidak mengutus aku sebagai orang yang bengis dan juga keras kepala akan tetapi Allah mengutusku sebagai seorang mualim dan pemberi kemudahan”(HR. Muslim.No. 2703)Suatu ketika Rasulullah SAW keluar menemui sahabat-sahabatnya, Beliau melihat mereka membaca Alqur’an dan mempelajarinya, maka Beliau bersabda kepada mereka, “Sesungguhnya aku diutus sebagai pendidik (HR Ibnu Majjah.No. 225)
Mu’awiyah bin Hakam pernah berkata, “Aku belum pernah melihat seorang pendidik yang lebih baik dari Beliau baik sebelum maupun sesudahnya (HR. Muslim.No.537). Dalam riwayat Abu Dawud disebutkan, “Aku belum pernah sama sekali melihat seorang pendidik yang paling lembut daripada Rasulullah SAW (HR. Abu Dawud.No. 931).
Rasulullah SAW telah bersunguh-sungguh dalam mendidik para sahabat dan generasi muslim, hingga mereka memiliki kesempurnaan akhlak, kesucian jiwa dan karakter yang bersih.
Dalam prespektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi prilakunya. Prilaku itu meliputi tingkah laku yang bersifat terbuka seperti keterampilan membaca (ranah karsa), juga yang bersifat tertutup, seperti berfikir (ranah cipta) dan berperasaan (ranah rasa).
Sebagai seorang guru, Nabi Muhammad SAW. tidak hanya berorientasi kepada kecakapan-kecakapan ranah cipta saja, tetapi juga mencakup dimensi ranah rasa dan karsa. Bahkan lebih dari itu Nabi Muhammad SAW. sudah menunjukan kesempurnaan sebagai seorang pendidik sekaligus pengajar, karena beliau dalam pelaksanaan pembelajarannya sudah mencakup semua aspek yang ditetapkan oleh oleh para ahli pendidikan bahwa pendidikan harus bersifat kognitif (Rasulullah SAW. menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain), bersifat psikomotorik (Rasulullah SAW. melatih keterampilan jasmani kepada para sahabatnya), bersifat afektif (Rasulullah SAW. selalu menanamkan nilai dan keyakinan kepada sahabatnya).
0 komentar:
Posting Komentar