A. JAMAN KERAJAAN
1. UANG KERAJAAN BUTONUang Kampua/Bida berasal dari Kerajaan Buton. Uang ini beredar pada masa pemerintahan Ratu Bulawambona abad ke-9. Konon, uang tersebut ditenun oleh puteri raja. Nilai tukar uang ditentukan oleh Menteri Besar Kerajaan (setingkat Perdana Menteri), yaitu 1 butir telur ditukarkan dengan uang yang lebarnya 4 jari dan panjangnya sepanjang telapak tangan, mulai dari pergelangan tangan hingga ujung jari menteri yang bersangkutan.
Oleh karena itu, banyak ditemukan uang Kampua yang berbeda ukurannya. Setiap tahun diadakan perubahan corak agar tidak mudah dipalsukan. Sanksi bagi pelaku pemalsuan adalah hukuman mati.
2. UANG KERAJAAN KEDIRIMata uang kerajaan Kediri dibuat sekitar abad ke-9-12. Terbuat dari emas atau perak sebesar biji jagung (oleh sebab itu sering disebut uang jagung). Bentuknya masih sangat sederhana, yakni bulat kurang beraturan, dengan gambar muka seperti huruf T.
3. UANG KERAJAAN MAJAPAHITMata uang kerajaan Majapahit beredar sekitar abad ke-12-16. Terbuat dari tembaga, berbentuk bulat dengan lubang ditengah persegi empat (kotak). Bentuknya sudah lebih bagus dibandingkan dengan uang jagung, boleh dibilang hampir menyerupai mata uang jaman sekarang. Sisi muka mata uang terdapat ukiran-ukiran.
4. UANG KERAJAAN BANTENMata uang kerajaan Banten beredar sekitar abad ke-14. Hampir sama dengan mata uang jaman Majapahit, mata uang kerajaan Banten terbuat dari tembaga dan berbentuk bulat dengan lubang ditengah. Hanya saja lubang ditengahnya bukan persegi empat melainkan persegi enam. Bentuknya sudah lebih bagus dibandingkan dengan uang jagung, boleh dibilang hampir menyerupai mata uang jaman sekarang. Sisi muka mata uang terdapat tulisan aksara Jawa.
5. UANG KERAJAAN SAMUDRA PASAI / ACEHBeredar di Kutaraja Aceh sekitar tahun 1700an s/d tahun 1800an. Terbuat dari emas disebut Keueh dan dari perak disebut Derham.
6. UANG KERAJAAN JAMBIDiperkirakan beredar di Jambi pada tahun 1840 M, Berbentuk segi delapan dengan lubang ditengah berbentuk segi lima.Terbuat dari Timah.
7. UANG KERAJAAN SUMENEPDiperkirakan beredar pada abad 19 pada masa pemerintahan Sultan Pakoe Nataningrat. Mata uang ini disebut real Batu dan dibuat di Spanyol. Ciri khasnya, bentuknya tidak beraturan dengan bahan perak campuran. Disisi muka terdapat tanda salib dan ukiran singa dengan angka 600 dengan sekuntum mawar. Sedang sisi belakang terdapat lambang kerajaan Spanyol yang dikelilingi motif titik-titik dan angka tahun 1730. Terdapat stempel huruf arab dengan tulisan Soemenep.
B. MASA PERDAGANGAN INTERNATIONALPada waktu bangsa Portugis, Spanyol, dan Belanda melakukan perdagangan international di kepulauan nusantara, beredar mata uang baru dikepulauan nusantara. Yakni mata uang yang dipakai sebagai media untuk membeli komoditas terutama rempah-rempah dari bangsa pribumi. Contoh uang yang beredar adalah coin emas reis dan coin emas escudos.
C. MASA KOLONIAL 1. VOCVOC adalah serikat perusahaan dagang Belanda yang diberi beberapa wewenang oleh pemerintah Belanda, salah satunya mencetak dan mengedarkan uang di Indonesia. Contoh uang masa VOC adalah Gulden, Javas Rupij, Stuiver, Duit. Salah satu ciri uang VOC adalah pada sisi depannya bertuliskan VOC dan angka tahun, sedang sisi belakangnya bergambar sepasang singa. Beredar pada sekitar abad 18 dan 19 M.
Antara tahun 1744-1748 VOC mengedarkan mata uang emas di Batavia yang disebut Dirham Jawi/Gouden Javase Dukaat. Pada tahun 1783 VOC menempa dan mengedarkan uang emas yang disebut Gouden Javase Rupij/Rupiah Jawa (ditempa di Jawa). Ciri khasnya terdapat tulisan VOC pada sisi depannya. VOC juga sempat mengedarkan mata uang yang disebut Doit dengan logo VOC dengan bahan campuran tembaga dan timah dan ditempa di Batavia dan Surabaya.
Pada tahun 1800 VOC mengeluarkan mata uang timah yang sisi depannya terdapat inisial LN dan lambang VOC, sedang sisi belakangnya terdapat tulisan Arab Melayu berbunyi Duyit. Mata uang ini disebut Duyit Javas. Selain itu VOC juga membawa dan mengedarkan mata uang Belanda ke Indonesia seperti Dukaton/Zilperen Rijder (Penunggang Kuda) bergambar penunggang kuda. Ada juga Gulden
2. PENJAJAHAN INGGRISPada awal abad ke-19 Inggris menguasai beberapa wilayah Nusantara dan banyak mencetak dan mengedarkan uang, diantaranya dikenal dengan nama Rupee Jawa (1811-1816).
3. ZAMAN BELANDA
- Rijkdaalders Pada tanggal 27 Desember 1782 pemerintah Belanda menerbitkan mata uang Daalders dengan bahan kertas dan disebut Rijkdaalders, yang kemudian diedarkan pertama kali di Ambon, Batavia, Banda, dan Ternate. Mata uang ini berbentuk semacam surat dengan stampel VOC.
- Probolinggo Papier Pada tahun 1807-an Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Daendels), menerbitkan surat pengakuan utang/obligasi dengan jaminan tanah Negara, senilai satu juta Rijkdaalders. Kemudian obligasi tersebut berubah fungsi menjadi mata uang/alat tukar yang dikenal sebagai Probolinggo Papier (pertama kali diberikan kepada seorang Cina di Probolinggo)
- Creatie Pada tahun 1815 pemerintah Hindia Belanda menerbitkan mata uang dari kertas dan disebut Gulden Creatie dengan nominal 1, 5, 50, 100, 300, 600, dan 1.000.
- De Javasche Bank Pada tanggal 27 Desember 1827 didirikan NV.De Javasche Bank di Batavia, yang beroperasi sebagai bank komersial dan bank sirkulasi. Uang kertas yang pernah dicetak dan diedarkan oleh De Javasche Bank diantaranya seri JP. Coen, seri Bingkai, seri Mercurius, dan seri Wayang. Untuk seri Jendral JP. Coen terdiri dari pecahan 5, 10, 25, 50, 100, 200, 300, 500, dan 1.000 gulden dan bergambar Jendral JP.Coen didepannya. Sedangkan untuk seri Wayang terdiri dari pecahan 5, 10, 25, 50, 100, 200, 500, dan 1.000 Gulden dan bergambar Wayang Orang didepannya.
NICAKedatangan tentara sekutu dan tentara NICA (Nederlands Indies Civil Administratie) dilengkapi dengan mata uang yang akan diedarkan. Naman mata uang NICA tidak pernah diterima secara sah oleh pemerintah Indonesia sebagai alat pembayaran. Seri NICA ini terdiri dari pecahan 50 cent, 1, 2 ½, 5, 10, 25, 50, 100, dan 500 Gulden. Gambar depannya semua sama yaitu Ratu Wilhelmina.
4. JAMAN PENDUDUKAN JEPANGJepang menduduki Indonesia antara tahun 1942 s/d tahun 1945. Ada 3 jenis mata uang yang diedarkan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.
- a. Japansche Regeering Dikenal sebagai uang penaklukan Jepang (Japan Invation Money) atau Banana Money (karena bergambar pohon pisang) dengan satuan Gulden. Uang ini telah dipersiapkan oleh Jepang untuk diedarkan di daerah-daerah yang akan ditaklukkannya. Untuk Indonesia dipakai satuan Gulden sebagai mana satuan uang yang beredar ketika masih diduduki Belanda. Japansche regeering terdiri dari pecahan 1,5,10 cen dan 1/2, 1 , gulden.
- b. Pemerintah Dai NipponUntuk menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang mengeluarkan mata uang dengan tulisan berbahasa Indonesia dan menggunakan satuan rupiah. Yang pertama disebut Uang Pemerintah Dai Nippon terdiri dari dua pecahan senilai 100 dan 1,000 Rupiah (bertuliskan Pemerintah Dai Nippon )
- c. Dai Nippon Teikoku Seihu Uang berbahasa Indonesia dan bernilai satuan rupiah yang kedua adalah Dai Nippon Teikoku Seihu (Kerajaan Jepang raya). Terdiri dari beberapa pecahan dengan tulisan depan Dai Nippon Teikoku Seihu .
D. MASA PEMERINTAHAN INDONESIA Setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, banyak hal terjadi dan dialami bangsa Indonesia. Mulai dari agresi militer Belanda, pemberontakan-pemberontakan di beberapa daerah, kondisi social politik yang jatuh bangun, hingga kondisi ekonomi yang carut-marut. Tidak dapat dipungkiri semua itu berpengaruh terhadap mata uang yang dicetak dan beredar di Negara kita.
1. OEANG REPOEBLIK INDONESIA (ORI)Pada 17 Oktober 1945 beredar uang kertas yang dikenal dengan nama ORI dengan nilai 1,5,10, sen ½, 1, 5, 10, 25 dan 100 rupiah dengan gambar Presiden Soekarno dan dicetak di Jakarta (emisi Jakarta) Pada 1 Januari 1947 diterbitkan emisi Yogyakarta dengan nilai dan gambar yang sama.
Disamping itu pemerintah Republik Indonesia juga mengedarkan uang ORI pada tanggal 30 Oktober 1946 dengan nilai ½, 2 ½, 25, 50, 100, 250 Rupiah. Pada tahun 1948 pemerintah mengeluarkan ORI dengan nominal 40, 75, 100, 400, 600 rupiah. Dengan dikeluarkannya uang ORI ini maka uang Jepang dan Belanda dinyatakan tidak berlaku lagi.
2. OEANG REPOEBLIK INDONESIA DAERAH (ORIDA)Agresi militer Belanda I dan II membuat hubungan antara pemerintah pusat dan daerah menjadi sulit terutama antara pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya. Terputusnya komunikasi ini berpengaruh terhadap jumlah uang tunai yang beredar. Kekurangan uang tunai yang beredar di daerah-daerah diatasi dengan diterbitkannya ORIDA di beberapa daerah berdasarkan izin pemerintah pusat. Contoh ORIDA di Banten, Kartadura, Tapanuli, dll.
3. REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (RIS)Konferensi meja bundar membawa konsekwensi berubahnya bentuk pemerintahan menjadi negara serikat dengan negara-negara bagian di dalamnya (Republik Indonesia Serikat/RIS). Pada tanggal 1 Januari 1950 Menteri Keuangan RIS Mr. Sjafruddin Prawiranegara mengeluarkan maklumat yang isinya menarik uang ORI dan sejenisnya dari peredaran dan menyatakan semua jenis uang tersebut tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran. Sebagai gantinya pemerintah mengeluarkan uang nominal 5 ban 10 rupiah bergambar Presiden Sukarno. Namun mata uang ini tidak berlaku lama dan ditarik dari peredaran pada tanggal 17 Agustus 1950 seiring dengan dibubarkannya RIS dan Indonesia kembali pada pemerintahan Republik.
GUNTING SJAFRUDINGuna mengurangi jumlah uang yang beredar saat itu, pada tanggal 20 Maret 1950 Menteri Keuangan RIS Mr.Sjafruddin Prawiranegara mengeluarkan kebijakan pengguntingan uang De Javasche Bank, uang Hindia Belanda, dan uang NICA (GUNTING SJAFRUDDIN). Guntingan uang sebelah kanan dapat ditukar dengan Obligasi Negara bunga 3 % pertahun dengan jangka 40 tahun, sedangkan guntingan sebelah kiri dinyatakan masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai 50 % dari nilai semula (berlaku sampai dengan tanggal 8 April 1950 pukul 18.00.
4. UANG KERTAS REPUBLIK INDONESIATahun 1951 pemerintah menasionalisasi De Javasche Bank dan mendirikan Bank Indonesia sebagai bank sentral. Oleh karena UU pendirian BI baru disetujui tanggal 2 juni 1953 maka mata uang yang telah dicetak baru diedarkan tahun 1953, antara lain bernilai 1 dan 2 1/2 rupiah (disebut seri pemandangan alam karena memang bergambar pemandangan alam). Disamping itu juga dicetak dan diterbitkan uang dengan pecahan 5, 10, 25, 50, 100, 500, 1000 Rupiah (disebut seri kebudayaan). Ini adalah uang kertas pertama yang dicetak dan diedarkan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Central menggantikan fungsi De Javascce Bank.
Pada tahun 1958 pemerintah mengedarkan seri hewan dengan nilai nominal 5, 10, 25, 50, 100, 500, 1.000, 2.500, dan 5.000 rupiah. Disebut dengan seri hewan karena bergambar hewan- hewan yang ada di Indonesia. Ciri yang lain, seri hewan ini tidak memuat angka tahun di depannya. Tahun 1958 diedarkan pecahan 50, 100, dan 1.000. Tahun 1959 diedarkan pecahan 5, 10, 25, dan 500. Pecahan 2.500 diedarkan tahun 1962, sedangkan pecahan Rp. 5.000 tidak sempat diedarkan.
SENERING 1959Tahun 1959 pemerintah melakukan kebijakan Sanering, yaitu menurunkan nilai mata uang. Pecahan 500 dan 1.000 rupiah diturunkan nilainya menjadi hanya 10 % dari nilai semula. Penarikan kembali dari peredaran juga dilakukan secara bertahap yaitu tahun 1959 untuk Rp 500 dan 1.000, tahun 1961 untuk Rp 10 dan 25, tahun 1962 untuk Rp 5, dan tahun 1965 untuk Rp 50, 100, dan 2.500.
Pada tahun 1959 pemerintah mengedarkan seri pekerja tangan dengan nilai nominal 5, 10, 25, 50, 100, 500, 1.000, 5.000 rupiah. Disebut seri pekerja tangan karena bergambar pekerja tangan pada sisi mukanya dan rumah adat/tradisional pada sisi belakangnya.
Pada tahun 1959 pemerintah mengedarkan seri bunga-burung dengan nilai nominal 5, 10, 25, 50, 100, 500, 1.000 rupiah. Disebut seri bunga-burung karena bergambar bunga pada sisi depannya dan bergambar burung pada sisi belakangnya.
Pada tahun 1964 pemerintah mengeluarkan uang kertas bernilai kecil dengan nilai dibawah 1 rupiah, yang disebut seri Dwikora (Sukarelawan). Pecahan tersebut terdiri dari 1, 5, 10, 25, dan 50 sen. Mata uang seri dwikora ditarik dari peredaran pada tanggal 15 November 1966.
SENERING 1965Pada tahun 1965 pemerintah mengeluarkan kebijakan sanering dengan menetapkan nilai setiap Rp 1.000 uang lama menjadi Rp.1 uang baru.
Pada tahun 1968 pemerintah mengedarkan uang seri Soedirman, dengan gambar sisi depannya Panglima Besar Jendral Soedirman untuk nilai nominal 1, 2 1/2, 5, 10, 25, 50, 100, 500, 1.000, 5.000, dan 10.000 rupiah.
Dari tahun 1951 sampai tahun 1968 pemerintah mengeluarkan uang secara berseri; yakni mempunyai tema dan gambar tertentu yang seragam. Berikut secara lebih lengkap penerbitan uang oleh Bank Indonesia.
Tahun Tema1951 Seri Pemandangan Alam (Bergambar depan pemandangan alam)
1952 Seri Kebudayaan (Bergambar Pahlawan dan Kebudayaan)
1954 Seri Suku Bangsa
1957 Seri Hewan (Bergambar hewan-hewan yang hidup di Indonesia)
1958 Seri Pekerja Tangan I (Bergambar depan pekerja tangan, belakang rumah adat)
1959 Seri Bunga (Bergambar depan bunga dan belakang burung)
1960 Seri Sandang Pangan
1960 Seri Soekarno (Bergambar depan Soekarno)
1964 Seri Dwikora/ Sukarelawan (bergambar depan sukarelawan)
1964 Seri Pekerja Tangan II (Bergambar depan pekerja tangan, belakang rumah adat)
1968 Seri Sudirman (Bergambar depan Sudirman)
Seterusnya Bank Indonesia belum lagi mengeluarkan uang dalam bentuk seri tertentu.
5. UANG KERTAS KHUSUS
KEPULAUAN RIAUPada tahun 1963 pemerintah mengedarkan uang kertas khusus kepulauan Riau dengan tujuan mengatasi peredaran Dolar Malaysia di Riau. Uang kertas pemerintah RI bertahun 1961 dan bergambar Soekarno dengan nilai 1 dan 2,5 Rupiah. Sedangkan uang kertas Bank Indonesia bertahun 1960 bergambar Soekarno dengan nilai 5, 10, 100 rupiah.Pada semua uang kertas terdapat tulisan RIAU. Dutarik dari peredaran tanggal 27 Juni 1964.
IRIAN BARATMata uang khusus Irian Barat diedarkan mulai tanggal 1 Mei 1963. Uang kertas Pemerintah RI seri Soekarno bertanda tahun 1961 untuk pecahan 1 dan 2,5 rupiah, serta uang kertas BI seri Soekarno bertanda tahun 1960 untuk pecahan 5, 10, dan 100 rupiah. Pada semua uang kertas terdapat tulisan Irian Barat. Ditarik dari peredaran tanggal 31 Mei 1971.
6. UANG LOGAM PEMERINTAH INDONESIAPemerintah Republik Indonesia pertama kali mengeluarkan mata uang pecahan logam pada tahun 1951. Pecahan yang diedarkan meliputi 1,5,10, dan 25 sen dibuat dari bahan aluminium dan dicetak di Belanda. Pada tahun 1952 diedarkan mata uang logam pecahan 50 Sen yang dibuat dari Cupro Nickel. Ciri mata uang 1 dan 5 sen bergambar padi dan bertuliskan Indonesia dengan aksara Arab dan berlubang pada tengahnya. Sedangkan pecahan 10 dan 25 bergambar Garuda dan bertuliskan Indonesia dengan aksara Arab.
Pada bulan Januari 1971 BI mengedarkan mata uang logam 1, 2, dan 5 Rupiah dengan bahan aluminium dan pecahan 10, 25, dan 50 Rupiah dari bahan campuran tembaga (75 %) dan nickel (25 %). Pada tahun 1974 diedarkan pecahan 100 Rupiah, yang pada tahun 1978 dicetak ulang dengan perubahan disain dan lebih tipis. Selain itu pada tahun 1974 BI juga mengeluarkan pecahan 5 Rp seri Keluarga Berencana dan 10 Rupiah seri Tabanas yang juga dicetak ulang tahun 1978 dengan perubahan disain dan ukuran.
Pada tahun 1992 BI mengedarkan uang logam pecahan 25, 50, 100, dan 500 Rupiah dengan bahan aluminium bronze. Tahun 1993 dikeluarkan pecahan 1.000 Rupiah dengan bahan cupro nickel untuk lingkaran luar dan alumunium bronze kuning emas untuk lingkaran dalam.
UANG LOGAM SERI KEPULAUAN RIAU DAN IRIAN BARATUang logam seri kepulauan Riau berlaku mulai 15 Oktober 1963 yang terdiri dari pecahan 1, 5, 10, 25, dan 50 sen bergambar Soekarno dan bertuliskan kepulauan riau. Ditarik dari peredaran 1 Juni 1964.Uang logam seri Irian Barat berlaku mulai 1 Mei 1962 yang terdiri dari pecahan 5, 10, 25, dan 50 sen bergambar Soekarno dan berbahan aluminium. Ditarik dari peredaran tanggal 31 Mei 1971.