Penyatuan "TIME ZONE" Pengaruhi Kenyamanan Ibdah Ummat Islam, Masjid-masjid akan Kosong Saat Sholat Shubuh Berjemaah
Benarkah penyeragaman zona waktu Indonesia menjadi satu macam, dengan WITA sebagai standart, membawa kebaikan dan berkah?
Sekarang kita lihat dampak perubahan waktu itu terhadap kegiatan ibadah ummat Islam, terutama saat waktu untuk sholat shubuh. Sholat shubuh bagi ummat Islam se dunia memiliki keistimewaan khusus, terutama akibat sempitnya waktu yang tersedia untuk sholat itu karena menjelang pagi, dimana manusia mulai beraktivitas dan bekerja.
Bagi kebanyakan ummat muslim, sholat sunat fajar dan sholat wajib shubuh, bersifat sangat strategis sekali. Secara spiritual, sholat fajar dan sholat shubuh itu nilainya sangat tinggi sekali di mata ummat Islam. Sholat fajarnya saja bernilai lebih tinggi daripada dunia dan se isinya. Sementara sholat shubuh itu, disaksikan oleh para malaikat yang melakukan pergantian tugas pengawasan pada saat sholat shubuh telah masuk waktunya.
Nah, sekarang kita lihat dampak buruk dari kebijakan perubahan waktu WIB dan WIT yang masing-masing maju 1 jam untuk zona WIB dan mundur 1 jam untuk zona waktu WIT.
Sekarang perhatikan untuk zona waktu WIT seperti Jayapura, Ambon dan Makassar. Jadwal waktu sholat shubuh mereka akan maju 1 jam. Itu artinya jadwal sholat shubuh di Jayapura dan Makassar akan menjadi sekitar pukul 3:15 pagi waktu se tempat untuk jadwal awal juni 2012 itu. Kalau mereka mau sholat malam (tahajjud) di akhir malam, berarti bangunnya sekitar pukul 2 pagi. Tampaknya untuk warga INTIM dengan zona waktu WIT, tak akan banyak mempengaruhi waktu yang tersedia bagi mereka untuk persiapan bekerja atau sekolah pada pagi harinya. Tapi agaimana dengan sodara-sodara kita di wilayah WIB yang tinggal di pulau Jawa dan Sumatera?
Masalah besar bagi ummat Islam justru paling banyak akan muncul yang tinggal di wilayah zona waktu WIB, umumnya di Sumetara dan Jawa. Kedua pulau ini memiliki jumlah penduduk paling besar di Indonesia, total penduduk di kedua pulau itu mencapai 175 juta jiwa (2005). Kalau jadwal waktu sholat itu maju 1 jam, maka waktu sholat shubuh itu berkisar antara pukul 5:15 (di wilayah Surabaya) hingga pukul 6 pagi di Banda Aceh. Sementara di Jakarta, jadwal sholat shubuhnya sekitar pukul 5:30 pagi untuk bulan Juni 2012.
Dampak yang akan terjadi akibat mepetnya waktu antara masuknya awal waktu untuk sholat shubuh dengan jadwal di mulainya kegiatan dan waktu sekolah (sekitar pukul 7 pagi), akan berakibat sebagai berikut:
- Jamaah masjid yang sholat berjemaah shubuh menjadi kosong dan berkurang drastis karena warga yang berangkat kerja pagi atau sekolah pagi, sudah harus keluar rumah muali pukul 5 pagi atau paling lambat pukul 5:30 pagi. Ini terutama terjadi di Jakarta.
- Sebagian jamaah terpaksa melakukan sholat darurat, sebab saat sholat shubuh telah masuk, posisinya sedang diatas kendaraan atau berada di kendaraan umum.
- Pengajian-pengajian pagi ba'da sjolat shubuh (kultum), juga akan berkurang drastis akibat jamaahnya tidak ada lagi.
Keadaan ini tentu saja akan membawa dampak besar dalam kenyamanan melakukan ibadah sholat fajar dan sholat shubuh bagi sekitar 175 juta penduduk di daerah zona waktu WIB seperti di Jawa dan Sumatera yang jumlahnya mencapai 175 juta itu. Mereka akan merasa tidak khusu sholat shubuhnya karena dikejar-kejar waktu yang sangat mepet.
Fenomena itu tentunya akan menimbulkan ketidak-puasan di kalangan ummat Islam di negeri ini. Apalagi ketika mereka tahu bahwa penyesuaian zona waktu itu semata-mata karena mempertimbangkan faktor ekonomi, khususnya untuk kepentingan ekonomi kapitalis (Neoliberalisme) yang terkait dengan menyesuaikan persamaan waktu itu dengan jam buka Pasar Modal di Singapore. Padahal, orang Indonesia yang hidupnya bermain-main di pasar modal dan pasar keuangan itu, mungkin tak sampai 5% saja. Tapi gara-gara kepentingan ekonomi segelintir kapitalis itu, jutaan ummat Islam terganggu ibadahnya.
Sepinya masjid akibat jamaahnya telah pergi berangkat bekerja sebelum waktu shubuh masuk, dalam jangka panjang, pasti akan mempengaruhi kondisi spiritual ummat Islam di negeri ini. Penggerusan iman ternyata dilakukan dengan cara sistematis sekali. Oleh sebab itu, tantangan yang timbul di masa depan bagi ummat Islam di Indonesia dengan penyeragaman zona waktu itu, tidak kalah merusaknya dengan kehadiran Lady Gaga. Mudah-mudahan saja para pemimpin Islam di negeri ini menyadari akan keadaan itu secara lengkap dan benar. Wallahu' alam bi shawab.
0 komentar:
Posting Komentar