1. Audie Murphy
Dalam masa penjajahan Italia, pangkatnya dinaikkan menjadi korporal karena bakatnya dalam menembak. Pada waktu yang sama ia juga dijangkiti penyakit malaria, yang ia derita hampir selama perang berlangsung.
Setengah tahun kemudian, pasukannya diberi tugas melindungi Colmar Pocket, sebuah daerah penting di Prancis. Walaupun yang tersisa dari mereka hanya 19 orang (dari total 128) dan beberapa tank penghancur M-10.
Kemudian Audie dengan malaria-nya berlari ke salah satu M-10 yang sedang terbakar dengan tanki gas penuh yang siap meledak setiap saat, menunggangi senapan mesin .50 Cal tank tersebut dan menembaki semua yang ada dalam penglihatannya.
Dia terus menembak selama hampir 1 jam sampai akhirnya kehabisan peluru, kemudian berjalan kembali ke pasukannya yang terkesima oleh aksinya ketika tank M-10 yang ia tunggangi meledak dibelakangnya. Persis seperti di film-film action. Mereka memberinya setiap medali yang bisa diberikan, dengan total 33 medali, lima dari Prancis, satu dari Belgia dan sebuah Medal of Honor.
Setelah perang, Audie menderita Shell-Shock dan diberi obat anti-depresan placidyl. Ketika ia kecanduan obat tersebut dan disarankan untuk ikut program rehabilitasi, ia menolak dan mengunci dirinya di dalam kamar motel selama seminggu sampai akhirnya sembuh. Autobiografi yang ia tulis sendiri berjudul To Hell and Back/Ke Neraka dan Kembali. Audie Murphy kemudian menjadi aktor hollywood memainkan dirinya sendiri di film To Hell and Back. Film ini kemudian menjadi film terlaris dari Universal selama 20 tahun sampai akhirnya dikalahkan film Jaws.
2. Alvin C York
Setahun kemudian, ia adalah salah satu dari 17 orang yang ditugaskan untuk menjatuhkan sebuah kamp senapan mesin yang menjaga rel kereta api Jerman dengan cara menyelinap. Misi penyelinapan mereka digagalkan para penembak yang melihat mereka mendekat dan mulai menembak, menewaskan 9 dari mereka.
"I didn't have time to dodge behind a tree or dive into the brush, I didn't even have time to kneel or lie down. I had no time no how to do nothing but watch them-there German machine gunners and give them the best I had. Every time I seed a German I just touched him off. At first I was shooting from a prone position; that is lying down; just like we often shoot at the targets in the shooting matches in the mountains of Tennessee; and it was just about the same distance. But the targets here were bigger. I just couldn't miss a German's head or body at that distance. And I didn't."
(Aku tidak sempat untuk menghindar kebelakang pohon atau meloncat ke dalam semak-semak. Aku bahkan tidak sempat untuk berlutut atau tiarap. Aku tidak sempat dan tidak tahu untuk melakukan apapun kecuali melihat orang-orang Jerman dengan senapan mesinnya dan memberi yang terbaik yang aku bisa. Setiap kali aku melihat musuh, aku hanya *menjatuhkannya/membuatnya menembak?*. Awalnya aku hanya menembak dari posisi tiarap; yaitu tiduran; seperti dulu kami sering menembaki sasaran-sasaran di pertandingan menembak di gunung-gunung Tennessee; dan jaraknya hampir sama. Tetapi sasaran-sasaran disini lebih besar. Aku rasa tidak mungkin luput menembak kepala atau badan musuh dengan jarak ini. Dan aku benar-benar tidak luput.)
Setelah dia menjatuhkan sekitar 20 musuh, seorang letnan Jerman mengumpulkan 5 anggota untuk mendekatinya dari samping. York menghabisi kelimanya dengan Colt.45-nya yang hanya berisikan 8 peluru. "seperti menembak kalkun liar di kampung" katanya kemudian.
Melihat ini, letnan Paul Jurgen Vollmer berteriak menanyakan York apakah ia seorang Inggris. Pada perang dunia pertama, tidak ada yang menanggapi kekuatan bertempur pasukan Amerika, semua menganggap mereka sebagai pemula. Vollmer mengira York kemungkinan adalah seorang jagoan Inggris yang ditugaskan untuk mengajarkan pasukan Amerika cara berperang yang benar. Ketika York mengatakan bahwa ia adalah orang Amerika, Vollmer membalas, "Good Lord! If you won't shoot any more I will make them give up/ Ya Tuhan! kalau kau berhenti menembak, aku akan membuat mereka menyerah"
Sepuluh menit kemudian, 133 pasukan tiba di lokasi sisa-sisa dari batalyon York. Letnan Woods, atasan York pada awalnya mengira bahwa itu ada serangan balik Jerman sampai ketika dia melihat York memberi hormat dan mengatakan "Corporal York reports with prisoners, sir/ Korporal York melapor dengan tawanan, pak" Ketika atasan yang terkejut itu bertanya berapa banyak, York menjawab "Honest, Lieutenant, I don't know / Sejujurnya, letnan, aku tidak tahu"
3. Yogendra Singh Yadrav
Sialnya, ini berarti mereka harus mendaki ratusan kaki permukaan tebing yang ditutupi es dengan susah payah tanpa tali. Mereka menentukan untuk mengirim sesorang mendaki dahulu dan memasangkan tali pendukung supaya semua anggota bisa memanjat dengan bantuan tali yang telah dipasangkan oleh pemanjat pertama. Yadav menawarkan diri menjadi pendaki pertama.
Dalam perjalanan mereka menuju puncak, musuh di gunung yang berdekatan menembaki mereka dengan RPG (bazoka) dan assault rifles (senapan serbu). Serangan ini menewaskan komandan dan setengah dari pasukan Yadav, meninggalkan sisa pasukan tercerai berai. Yadav, meski tertembak 3 kali terus melanjutkan pendakiannya.
Untuk keberaniannya, Yadav diberi gelar "Param Vir Chakra". Gelar tertinggi di militer India ini hanya diberikan untuk perbuatan keberanian yang dinilai sangat luar biasa dan tidak mungkin dilakukan dalam kehidupan normal.
4. Simo Hayha
"The White Death", nama yang diberikan oleh tentara Russia ketika mengetahui puluhan pasukan mereka tewas oleh hanya seseorang dengan pakaian kamuflase putih dan sepucuk senapan. Kecemasan mulai melanda pasukan Russia dan misi-misi pun dijalankan hanya untuk membunuh seorang penembak jauh misterius.
Ketika pasukan khusus yang dikirim Russia untuk menghabisi Hayha semua tewas, Russia mengumpulkan sebuah tim counter-snipers untuk mengimbangi kemapanan Hayha dalam menembak jauh. Namun tidak ada satu pun dari mereka yang selamat dari bidikannya. Dalam masa 100 hari, Hayha membunuh 542 prajurit dengan senapannya. 150 lainnya dia habisi dengan SMG. Total kill-countnya mencapai 705 orang.
Pada akhirnya, tidak ada satupun prajurit Russia yang berani mendekati area-area dimana Hayha diperkirakan bersembunyi. Tentara Russia kemudian melaksanakan carpet-bombing di area-area yang diperkirakan sebagai tempat Hayha bersembunyi. Namun Hayha berhasil selamat dari taktik carpet-bombing Russia yang dilancarkan hanya untuk dirinya seorang.
Tanggal 6 Maret 1940, seseorang yang beruntung berhasil menembak Hayha di kepala dengan peluru peledak. Ketika ditemukan dan dibawa kembali ke markas, setengah dari kepala Hayha telah hancur. The White Death telah berhasil dihentikan .......
tuanya sebagai pemburu dan peternak anjing setelah perang dunia kedua berakhir.
0 komentar:
Posting Komentar