Sifat wajib terbagi empat bagian yaitu nafsiah, salbiah, ma’ani atau ma’nawiah. Sesungguhnya sifat-sifat Allah yang mulia tidak terbatas/terhingga.
Di antaranya juga tercantum dalam Asma’ul Husna. Sebagian ulama merumuskan 20 Sifat Allah yang wajib dipahami dan diimani oleh ummat Islam di antaranya Sifat 20.
Sifat Wajib | arti | Sifat Mustahil | Maksud | |||
---|---|---|---|---|---|---|
Wujud | Ada | Adam | Tiada | |||
Qidam | Terdahulu | Haduth | Baru | |||
Baqa | Kekal | Fana | Binasa | |||
Mukhalafatuhu lilhawadith | Allah Ta’ala berbeda dengan makhluqNya | Mumatsalatuhu lilhawadith | Sama dengan suatu yang baru | |||
Qiamuhu binafsih | Berdiri sendiri | Qiamuhu bighairih | Bergantung dengan yang lain | |||
Wahdaniat | Esa Allah Ta’ala pada dzat,pada sifat dan pada perbuatan | Ta’addud | Berbilang-bilang | |||
Qudrat | Berkuasa | Ajzun | Lemah | |||
Iradat | Berkehendak menentukan | Karahah | Benci yaitu tidak menentukan | |||
Ilmu | Mengetahui | Jahlun | Bodoh | |||
Hayat | Hidup | Al-Maut | Mati | |||
Sama’ | Mendengar | As-Summu | Pekak | |||
Basar | Melihat | Al-Umyu | Buta | |||
Kalam | Berfirman | Al-Bukmu | Bisu | |||
Kaunuhu qaadiran | Keadaan-Nya yang berkuasa | Kaunuhu ajizan | Keadaan-Nya yang lemah | |||
Kaunuhu muriidan | Keadaan-Nya yang berkehendak menentukan | Kaunuhu kaarihan | Keadaan-Nya yang benci yaitu tidak menentukan | |||
Kaunuhu ‘aliman | Keadaan-Nya yang mengetahui | Kaunuhu jahilan | Keadaan-Nya yang bodoh | |||
Kaunuhu hayyan | Keadaan-Nya yang hidup | Kaunuhu mayitan | Keadaan-Nya yang mati | |||
Kaunuhu sami’an | Keadaan-Nya yang mendengar | Kaunuhu asamma | Keadaan-Nya yang pekak | |||
Kaunuhu basiiran | Keadaan-Nya yang melihat | Kaunuhu a’maa | Keadaan-Nya yang buta | |||
Kaunuhu mutakalliman | Keadaan-Nya yang berkata-kata | Kaunuhu abkam | Keadaan-Nya yang kelu |
- Istigna’ ( ﺇﺳﺘﻐﻨﺎﺀ )
-
- Kaya Allah daripada sekalian yang lain daripada-Nya yaitu tidak berkehendak ia kepada sesuatu. Maksudnya, Allah tidak menghendaki yang lain menjadikan-Nya dan tidak berkehendakkan tempat berdiri bagi zat-Nya. Contohnya, Allah tidak memerlukan dan tidak menghendaki malaikat untuk menciptakan Arasy.
- Maka, Maha suci Tuhan daripada tujuan pada sekelian perbuatan dan hukum-hukumnya dan tidak wajib bagi-Nya membuat sesuatu datau meninggalkan sesuatu.
- Sifatnya: wujud, qidam, baqa’, mukhalafatuhu lilhawadith, qiamuhu binafsih, sama’, basar, kalam, kaunuhu sami’an, kaunuhu basiran, kaunuhu mutakalliman.
- Iftiqar ( ﺇﻓﺘﻘﺎﺭ )
-
- Yang lain berkehendakkan sesuatu daripada Allah yaitu yang lain berkehendakkan daripada Allah untuk menjadikan dan menentukan mereka dengan perkara yang harus. Contohnya, manusia memohon kepada Allah melancarkan hidupnya.
- Sifatnya: wahdaniat, qudrat, iradat, ilmu, hayat, kaunuhu qadiran, kaunuhu muridan, kaunuhu hayyan.
- Wujud (Ada). Mustahil Allah itu tidak ada (adam)
- Qidam (Terdahulu) Allah itu Qidam (Terdahulu). Mustahil Allah itu Huduts (Baru). “Dialah Yang Awal …” [Al Hadiid:3]
- Baqo’ (Kekal) Allah itu Baqo’ (Kekal). Tidak mungkin Allah itu Fana’ (Binasa). Allah sebagai Tuhan Semesta Alam itu hidup terus menerus. Kekal abadi mengurus makhluk ciptaannya. Jika Tuhan itu Fana’ atau mati, bagaimana nasib ciptaannya seperti manusia? “Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati…” [Al Furqon 58]
- Mukhollafatuhu lil hawaadits (Tidak Serupa dengan MakhlukNya) Allah itu berbeda dengan makhlukNya (Mukhollafatuhu lil hawaadits). Mustahil Allah itu sama dengan makhlukNya (Mumaatsalaatuhu lil Hawaadits). Kalau sama dengan makhluknya misalnya sama lemahnya dengan manusia, niscaya “Tuhan” itu bisa mati dikeroyok oleh manusia. Mustahil jika “Tuhan” itu dilahirkan, menyusui, buang air, tidur, dan sebagainya. Itu adalah manusia. Bukan Tuhan! Allah itu Maha Besar. Maha Kuasa. Maha Perkasa. Maha Hebat. Dan segala Maha-maha yang bagus lainnya. “…Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia…” [Asy Syuura:11]
- Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya) Allah itu Qiyamuhi Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya). Mustahil Allah itu Iftiqoorullah (Berhajat/butuh) pada makhluknya. “.. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Al ‘Ankabuut:6]
- Wahdaaniyah (Esa) Allah itu Wahdaaniyah (Esa/Satu). Mustahil Allah itu banyak (Ta’addud) seperti 2, 3, 4, dan seterusnya. Allah itu Maha Kuasa. Jika ada sekutuNya, maka Dia bukan yang Maha Kuasa lagi. Jika satu Tuhan Maha Pencipta, maka Tuhan yang lain kekuasaannya terbatas karena bukan Maha Pencipta. ”Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan yang lain beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu” [Al Mu’minuun:91] Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” [Al Ikhlas:1-4]
- Qudrat (Kuasa) Sifat Tuhan yang lain adalah Qudrat atau Maha Kuasa. Tidak mungkin Tuhan itu ‘Ajaz atau lemah. Jika lemah tentu bisa dikalahkan oleh manusia. ”Jika Dia kehendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian tidak sulit bagi Allah.” [Fathiir:16-17]
- Ilmu (Mengetahui) Allah itu berilmu (Maha Mengetahui). Mustahil Allah itu Jahal (Bodoh). Allah Maha Mengetahui karena Dialah yang menciptakan segala sesuatu. Sedangkan manusia tahu bukan karena menciptakan, tapi sekedar melihat, mendengar, dan mengamati. Itu pun terbatas pengetahuannya sehingga manusia tetap saja tidak mampu menciptakan meski hanya seekor lalat. “Dan Allah memiliki kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” [Al An’aam:59]
- Hayaat (Hidup) Allah itu Hayaat (Maha Hidup). Tidak mungkin Tuhan itu Maut (Mati). Jika Tuhan mati, maka bubarlah dunia ini. Tidak patut lagi dia disembah. Maha Suci Allah dari kematian/wafat. “Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup kekal Yang tidak mati…” [Al Furqaan:58]
- Sama’ (Mendengar) Allah bersifat Sama’ (Maha Mendengar). Mustahil Tuhan bersifat Shomam (Tuli). Allah Maha Mendengar. Mustahil Allah tuli. “… Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah:256]
- Bashor (Melihat) Allah bersifat Melihat. Mustahil Allah itu ‘Amaa (Buta). “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Al Hujuraat:18]
0 komentar:
Posting Komentar